UNTUK KENANGANKU DI MASA PUTIH ABU-ABU
SMA – Masa di mana aku masih mengenakan seragam putih abu-abu yang bau matahari. Masa yang tak pernah bisa dengan mudah aku lupa, tempatku bersua dengan para sahabat yang sekarang sudah menjalani hidupnya sendiri-sendiri.
Halo, gedung sekolahku. Apa kabarmu?
Masihkah kamu berdiri gagah, menyambut hujan dan teriknya matahari.
Dan masih adakah corat-coret hasil karya murid jahil yang ada di belakang badanmu? Maklumi saja tingkah mereka, itu hanya untuk sementara. Mereka hanya ingin sedikit melekatkan kenangan bersamamu, sekedar meninggalkan tanda sederhana untuk bahan tawa saat tua.
Mari sejenak menjelajah rongga dalammu, ke ruang kelas kesayanganku. Apakah kursi dan mejanya masih menyimpan bekas perjuangan remajaku.?
Hai, ruang kelasku, bagaimana rupa dirimu saat ini? Masih adakah meja kayu dengan ukiran namaku di ruang kelas yang dulu ku tempati? Saksi diam aksiku bersama kawan-kawan saat bertukar jawaban saat ulangan.
Kau pula yang menjadi saksi dari kami yang jatuh cinta untuk kali pertama
Di tempat itulah aku pertama kali jatuh cinta, namun hanya berani berseru lantang dalam hati. Memandanginya dalam diam juga sengaja lewat di depan kelasnya hanya demi melihatnya sedetik dua detik. Yah, hanya kamulah yang tahu karena kamu yang selalu mengamati gerak-gerik manusia yang ada di rongga dalammu.
Selain kisah cintaku, kamu juga menjadi saksi cerita cinta lain yang terjalin antar siswa. Kebahagiaan sekaligus kebanggaan mereka ketika menggandeng pacar baru. Atau rasa girang kekanak-kanakan mereka ketika mendapat cokelat di saat perayaan 14 Februari tiba.
Betapa indahnya masa itu. Ketika permasalahan yang terberat di hidup hanyalah PR matematika, ulangan kimia atau putus dengan pacar. Ya, dinding diammu juga pernah menjadi saksi saat aku memutuskan untuk tak bertegur sapa dengan satu dua kawan hanya karena kesalahpahaman. memang banyak sekali cerita seru yang menghiasi masa mudaku di gedung itu.
Dan masih setiakah para pengajarku di sana,
Betapa aku rindu dengan suara mereka, dengan lelucon jenaka yang sering mereka lontarkan demi mengatasi rasa jenuh kami. Aku juga selalu ingat akan kesabaran mereka, kesabaran yang tidak pernah lelah mereka pelihara demi keberhasilan kami.
Apa kabar mereka sekarang? Bertambahkah guratan menua di wajah mereka?
Aku memang tidak bisa membalas jasa luar biasamu,
Aku hanya bisa berterima kasih atas pengorbanan dan kasih sayangmu.
Tapi aku berjanji akan mengenang semua jasa mu pahlawan hebat ku.
Semua kenangan dan cerita yang terjadi di gedung tuamu akan tersimpan rapi dan selalu terselip di ruang hatiku.
Salam,
Keluarga besar
SMA N 1 SEMENDAWAI SUKU III
Komentar
Posting Komentar